Memperoleh
kesempatan untuk tinggal di Pematang Siantar, Sumatera Utara, bagiku
sama seperti ketika memperoleh kesempatan tinggal 2 bulan di Paris, atau
ketika tinggal 2 tahun di Kuala Lumpur. Setiap tempat pasti memiliki
daya tarik dan cerita mereka masing-masing. Yang membedakan adalah Paris
dan Kuala Lumpur telah saya kenal (melalui literatur dan bacaan-bacaan)
jauh sebelum berangkat kesana, sedangkan Pematang Siantar sungguh suatu
tempat yang tidak terbayangkan sebelumnya. Bahkan meskipun hanya
mendengar namanya.
Kota
yang terletak sekitar 112km dari kota Medan ini adalah kota terbesar
kedua di Sumatera Utara. Perjalanan dari Medan menuju Siantar dapat
ditempuh dengan mobil ataupun kereta api. Jika menggunakan kereta api,
perjalanan menghabiskan waktu sekitar 3,5 jam, sedangkan jika
menggunakan mobil membutuhkan waktu sekitar 2,5 sampai 3 jam. Jalanan
yang dilalui cukup bagus dan cukup padat, karena merupakan jalanan antar
propinsi. Pemandangan sepanjang perjalanan Medan-Siantar berganti-ganti
antara kota-kota kecil dan kebun karet serta kebun kelapa sawit.
Beberapa kota yang dilewati diantaranya; Lubuk Pakam, Serdang Bedagai
dan Tebing Tinggi. Sementara itu Danau Toba yang terletak di Parapat
dapat ditempuh dengan mobil selama kurang lebih 45 menit dari Pematang
Siantar.
Cuaca di Siantar lebih sejuk dibandingkan Medan. Jika
di medan sehari-harinya bersuhu rata-rata 36 derajat celsius, Siantar
hanya bersuhu 27 derajat Celsius. Mungkin karena cuacanya yang cukup
sejuk, disini banyak terdapat buah-buahan dan sayuran segar. Salah satu
yang khas dari siantar adalah buah nenas. Buah ini selalu ada setiap
waktu. Disamping itu buah durian pun jarang absen di pasar (masyarakat
Sumatera Utara menyebutnya pasar dengan ”pajak”). Kota Siantar memiliki 2
pasar (pajak) besar, yaitu pajak Horas, yang berada tepat di tengah
kota, serta pajak Parluasan, yang terletak bersebelahan dengan terminal
bus didaerah pinggir kota Siantar.
Memasuki
kota Siantar kita bisa memulai wisata kuliner dengan mencicipi hidangan
burung goreng di rumah makan Beringin Indah. Letaknya di jalanan poros
medan-siantar. Kota Siantar sendiri hanya terdiri dari dua ruas jalan
protokol yang bersebelahan, yang satu adalah Jalan Merdeka dan satunya
lagi Jalan Sutomo. Di sepanjang kedua jalan itu berjajar pertokoan untuk
segala macam kebutuhan. Ada 3 pusat perbelanjaan terbesar, yaitu Ramayana Mall, Suzuya Supermarket yang bersebelahan dengan KFC, serta Siantar Plaza. Kecuali
3 pusat perbelanjaan tersebut, pertokoan di sepanjang jalan itu
biasanya sudah tutup pada jam 7 malam. Sementara Siantar Square dan
Lapangan H.Adam Malik yang merupakan tempat wisata kuliner di Siantar
baru mulai buka mulai pukul 6 sore. Bagi yang berminat mencicipi nasi
gurih (mirip nasi uduk jakarta atau nasi lemak malaysia), sate padang,
martabak kubang, bandrek, mie aceh, soto medan, roti cane dan
makanan-makanan umum lainnya silahkan mengunjungi kedua tempat tersebut.
Awalnya saya sempat ”kaget” dengan makanan-makanan disini yang dominan
pedas, tapi seperti kata pepatah ”weting tresno jalaran soko kulino”,
akhirnya lidah saya mulai terbiasa dengan citarasa pedas tersebut. Bagi
yang suka nongkrong dan minum kopi, Kwok Tong merupakan warung kopi yang
terkenal dari Siantar yang sudah buka cabang di Medan dan Jakarta.
Di kota Siantar juga terdapat kebun binatang terlengkap di Sumatera Utara. Selain
melihat binatang, pengunjung juga bisa berenang atau mencoba flying fox
yang tersedia. Terdapat juga sarana permainan bagi anak-anak. Harga
tiket masuknya hanya Rp.7.000,- per orang. Kebun binatang ini cukup
menarik karena bentuknya yang bertingkat-tingkat, sehingga kita perlu
naik-turun tangga untuk mengelilinginya.
Salah
satu tempat bersantai bagi warga Siantar adalah taman Kota Siantar.
Taman yang letaknya berseberangan dengan Lapangan Merdeka dan Hotel
Siantar ini cukup ramai didatangi warga utamanya hari sabtu dan minggu.
Disana kita bisa duduk-duduk dibawah pohon dengan tikar yang telah siap
untuk disewakan serta menikmati makanan yang banyak dijual disekitar
taman. Anak-anak pun bisa bebas bermain dan berlari-larian diantara
pepohonan yang teduh.
Ada
juga dua tempat pemandian yang terletak tidak begitu jauh dari kota
Siantar, yaitu Pemandian Alam Sejuk (PAS) atau biasa disebut Timuran,
serta Karang Anyar. Masing-masing dapat ditempuh sekitar 45 menit dan 30
menit dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dari kota Siantar. Keduanya merupakan tempat pemandian dengan sumber mata air tawar yang mengalir sejuk.
Selain
suku Batak dan Melayu, di Siantar juga banyak terdapat suku Jawa, orang
Cina dan India. Sehari-harinya masyarakat tersebut menggunakan bahasa
daerah mereka masing-masing.
Meskipun
jalanan protokol kota Siantar hanya Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka,
namun ternyata kota Siantar cukup luas untuk dikelilingi. Banyak
jalanan-jalanan kecil yang konturnya berbukit-bukit, serta ada
sungai-sungai kecil yang mengalir diantara hutan-hutan kota. Untuk
mengelilingi kota Siantar kita bisa menggunakan angkutan kota (angkot)
atau becak Siantar. Becak Siantar unik dan berbeda dengan
becak-becak yang ada di kota-kota lain di Indonesia. Becak tersebut
didesain secara khusus menggunakan motor yang diproduksi pada masa
penjajahan Belanda. Selain bunyi motor yang menderu kencang, tempat
duduk penumpang yang berayun-ayun juga merupakan ciri khas becak
Siantar.
Bila
ada waktu mengunjungi kota Siantar jangan lupa mencicipi roti Ganda
yang punya selai sarikaya yang nikmat, yang mana didepan tokonya banyak
penjual krupuk Siantar yang krupuknya disusun rapi, serta membawa pulang
oleh-oleh ting-ting yang terbuat dari kacang dan gula merah.
Sampai jumpa di Siantar!